
1. Bisnismu Laris Tapi Tetap Rugi? Masalahnya Bisa di Harga Jual!
Banyak pebisnis pemula terjebak dalam pola pikir: “Yang penting laku dulu, untung nanti belakangan.” Padahal, tanpa strategi penentuan harga jual yang benar, kamu bisa:
- Jualan rame tapi nggak dapat untung
- Kehabisan stok tapi tetap minus
- Susah bayar supplier atau karyawan
Kunci bisnis yang sehat bukan cuma omzet tinggi, tapi margin yang tepat dari harga jual yang cerdas.
Apa Itu Harga Jual? Kenapa Harus Dihitung?
Harga jual adalah nilai yang kamu tetapkan untuk menjual produk/jasa ke pelanggan. Tapi ini bukan angka asal! Harga harus menutupi:
- Biaya produksi
- Biaya operasional
- Margin keuntungan
- Pajak dan biaya tak terduga
Kalau asal kasih harga, kamu bisa rugi perlahan dan nggak sadar.
Komponen Penyusun Harga Jual
Agar kamu bisa menentukan harga yang menguntungkan, berikut komponen wajibnya:
✅ 1. Biaya Produksi Langsung (Variable Cost)
- Bahan baku
- Upah borongan
- Biaya pengemasan
✅ 2. Biaya Tetap (Fixed Cost)
- Sewa toko
- Gaji karyawan tetap
- Listrik, internet
✅ 3. Markup / Margin Keuntungan
Persentase keuntungan yang kamu targetkan dari setiap produk.
✅ 4. Pajak
Misalnya PPN 11% jika kamu sudah PKP atau penghasilan kena pajak lainnya.
Rumus Sederhana Harga Jual
Kamu bisa gunakan rumus dasar ini:
Harga Jual = Total Biaya + (Total Biaya x Persentase Margin)
Contoh:
- Total biaya buat 1 produk: Rp 10.000
- Margin yang diinginkan: 30%
- Harga jual: 10.000 + (10.000 x 30%) = Rp 13.000
Atau kamu bisa balik rumusnya dengan markup dari harga pokok:
Harga Jual = Harga Pokok / (1 – Persentase Margin)
Metode Penetapan Harga yang Bisa Kamu Pilih
🔸 Cost-Plus Pricing
Metode paling sederhana. Tambahkan margin ke harga pokok.
Cocok untuk: UMKM, produk manufaktur, jasa kecil-menengah
🔸 Value-Based Pricing
Menentukan harga berdasarkan nilai produk di mata konsumen.
Cocok untuk: Produk unik, handmade, produk premium
🔸 Competitor-Based Pricing
Menyesuaikan harga dengan pasar atau pesaing.
Cocok untuk: Produk massal, produk di pasar ramai seperti F&B
🔸 Bundle Pricing / Psychological Pricing
Teknik jual paket, harga “Rp 9.900”, dll.
Cocok untuk: Toko online, diskon musiman, strategi upselling
Faktor yang Harus Kamu Pertimbangkan
- Segmentasi pasar: Apakah kamu jualan ke pelajar, pekerja, atau pasar premium?
- Daya beli konsumen: Harga harus masuk akal dan bisa dibeli
- Brand positioning: Kamu mau dikenal murah, menengah, atau premium?
- Tren dan kompetitor: Jangan sampai harga kamu ketinggian atau kelewatan murah
Jangan Lupa Biaya Tersembunyi!
Kesalahan umum pebisnis pemula: mengabaikan biaya-biaya kecil tapi berdampak besar.
Biaya yang sering luput:
- Ongkir / kurir (jika tidak dibebankan ke pelanggan)
- Biaya admin marketplace
- Potongan payment gateway
- Retur / kerusakan barang
- Promosi dan iklan
Masukkan ini ke perhitungan supaya margin tidak habis diam-diam!
Ilustrasi Nyata: Usaha Makanan Ringan
Kamu jual keripik kentang:
- Bahan baku: Rp 3.000
- Plastik kemasan: Rp 1.000
- Upah borongan: Rp 2.000
- Biaya listrik dan sewa dibagi per produk: Rp 1.000
- Total biaya: Rp 7.000
- Target margin 40% = Rp 2.800
- Harga jual minimal: Rp 9.800
Tapi karena ingin pasar luas, kamu tetapkan Rp 10.000 per bungkus — tetap cuan dan kompetitif.
Revisi Harga Jual? Jangan Takut, Tapi Harus Strategis!
Harga tidak selalu harus tetap. Kamu bisa naikkan atau turunkan jika:
- Biaya bahan baku naik
- Persaingan berubah
- Kamu menambah nilai produk
- Ingin masuk segmen pasar baru
Tapi hati-hati, revisi harga harus dibarengi edukasi dan komunikasi ke konsumen. Jangan asal naik, nanti ditinggal.
Hubungannya dengan Pajak dan Laporan Keuangan
Harga jual yang salah bisa berpengaruh ke:
- Laporan laba rugi: margin tidak realistis
- Perhitungan pajak: omzet tercatat tidak sesuai
- Penentuan PPN: jika kamu PKP, PPN dihitung dari harga jual
Dengan harga yang sesuai struktur biaya, laporan keuangan jadi akurat dan pembayaran pajak jadi benar.
Cerita Nyata: Usaha Fashion yang Naik Kelas Karena Ubah Harga
Awalnya bisnis baju muslim rumahan ini menetapkan harga Rp 85.000 — asal laku. Setelah dihitung:
- Biaya produksi: Rp 60.000
- Biaya operasional/bungkus/iklan: Rp 20.000
- Keuntungan bersih cuma Rp 5.000!
Setelah revisi harga jadi Rp 120.000, penjualan awal sempat turun. Tapi margin naik drastis, dan akhirnya bisa:
- Naikkan kualitas bahan
- Tambah modal promosi
- Buka reseller!
Penutup: Jangan Cuma Asal Laku, Tapi Pastikan Untung!
“Harga jual bukan sekadar angka di etalase. Ia adalah strategi yang menentukan arah bisnismu: bertahan, tumbuh, atau ambruk.”
Mulailah tentukan harga berdasarkan data, biaya, dan strategi. Dengan begitu, setiap penjualan jadi sumber keuntungan nyata.
Leave a Reply