
Dalam dunia bisnis, nama adalah segalanya. Sebuah merek tidak hanya merepresentasikan produk, tetapi juga identitas, reputasi, dan kepercayaan yang dibangun selama bertahun-tahun. Namun bagaimana jika tiba-tiba muncul pesaing yang menggunakan nama sangat mirip dengan milikmu? Kasus yang terjadi antara merek tisu “Nice” dan merek baru “Mice” menjadi pengingat keras tentang pentingnya perlindungan dan penegakan hukum merek dagang.
Awal Mula Sengketa
Kasus ini bermula ketika sebuah perusahaan bernama PT The Univenus yang telah lama memproduksi dan memasarkan tisu merek “Nice”, menemukan bahwa ada produk tisu lain di pasaran yang memakai merek “Mice”. Sekilas, nama dan tampilan kemasannya sangat mirip. Tak hanya bunyinya, tetapi gaya penulisan dan visualnya juga bisa membuat konsumen awam salah paham.
Perusahaan pemilik “Nice” akhirnya melakukan somasi kepada pemilik merek “Mice”, yaitu PT Azkia Diva Nusantara, pada akhir tahun 2023. Sayangnya, somasi tersebut tidak mendapat tanggapan. Merasa hak mereknya dilanggar, PT The Univenus membawa kasus ini ke ranah hukum dengan menggugat pembatalan merek “Mice” di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.
Putusan Pengadilan: “Mice” Dibatalkan
Pengadilan menyatakan bahwa merek “Mice” memiliki persamaan pada pokoknya dengan merek “Nice” yang telah lebih dulu terdaftar dan digunakan secara luas. Dalam sidang yang diputuskan pada 1 Oktober 2024, hakim menilai bahwa:
- Persamaan fonetik antara “Nice” dan “Mice” sangat membingungkan konsumen.
- Desain kemasan produk juga memperparah potensi kekeliruan.
- Pendaftaran “Mice” dianggap tidak memiliki itikad baik karena tampak meniru popularitas dan desain merek “Nice”.
Akhirnya, merek “Mice” dibatalkan dan dihapus dari Daftar Umum Merek karena bertentangan dengan ketentuan perlindungan hukum yang berlaku.
Mengapa Kasus Ini Penting?
Sengketa ini menjadi cermin penting bagi para pelaku usaha di Indonesia—terutama yang sedang membangun atau mengelola merek produk. Berikut beberapa pelajaran besar yang bisa dipetik:
1. Itikad Baik Itu Wajib
Dalam hukum merek, pendaftaran tidak semata soal siapa yang duluan, tapi juga soal niat. Merek yang didaftarkan dengan tujuan meniru atau “menumpang tenar” merek lain dapat dianggap tidak memiliki itikad baik. Hukum Indonesia secara eksplisit melarang pendaftaran merek yang meniru merek terkenal atau yang bisa membingungkan konsumen.
2. Persamaan Pada Pokoknya: Konsep yang Sering Disalahpahami
Banyak pelaku usaha mengira selama merek berbeda satu huruf atau menggunakan font berbeda, maka sudah aman. Padahal, hukum merek mengedepankan “persamaan pada pokoknya”, yang mencakup:
- Kemiripan bunyi/ucapan (fonetik)
- Kemiripan makna
- Kemiripan visual (tampilan huruf/logo)
- Kemungkinan konsumen mengira dua merek berasal dari produsen yang sama
Dalam kasus ini, “Nice” dan “Mice” hanya berbeda satu huruf, memiliki cara baca yang nyaris identik, dan bentuk kemasan yang mirip. Ini cukup untuk dianggap melanggar.
Bagaimana Mekanisme Pembatalan Merek di Indonesia?
Jika seseorang merasa mereknya ditiru atau dijiplak oleh pihak lain, mereka bisa mengajukan permohonan pembatalan merek ke Pengadilan Niaga. Berikut adalah tahapan umumnya:
- Somasi Terlebih Dahulu
Ini bukan kewajiban, tapi etika yang lazim dilakukan sebelum menempuh jalur hukum. - Pengajuan Gugatan
Gugatan pembatalan bisa diajukan ke Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. - Proses Persidangan
Pengadilan akan menilai apakah ada persamaan pada pokoknya dan apakah pendaftaran dilakukan dengan itikad buruk. - Putusan
Jika dikabulkan, merek yang dipermasalahkan akan dihapus dari Daftar Umum Merek oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI).
Konsekuensi Jika Merek Digunakan Tanpa Hak
Menggunakan merek yang dianggap meniru atau menyerupai merek lain bisa berujung pada berbagai risiko serius, antara lain:
- Penghapusan Merek oleh Pengadilan
- Larangan Produksi dan Distribusi
- Penarikan Produk dari Pasar
- Gugatan Ganti Rugi
- Kerugian Reputasi dan Kepercayaan Pasar
Dalam dunia bisnis yang makin kompetitif, reputasi adalah aset paling berharga. Terlibat dalam sengketa hukum seperti ini bisa menghancurkan reputasi dan kredibilitas sebuah merek dalam waktu singkat.
Tips Mendaftarkan Merek Secara Aman dan Legal
Bagi kamu yang ingin mengembangkan merek sendiri, berikut beberapa panduan praktis agar tidak mengalami nasib serupa:
1. Lakukan Penelusuran Merek Sebelum Mendaftar
Kunjungi situs DJKI atau gunakan jasa konsultan untuk mengecek apakah merek yang kamu rancang mirip dengan yang sudah ada.
2. Hindari Nama yang Terlalu Umum atau Mirip Merek Terkenal
Semakin unik dan khas merek kamu, semakin kecil kemungkinan digugat atau dianggap plagiat.
3. Daftarkan Secepat Mungkin
Pendaftaran lebih awal dapat memberi perlindungan lebih kuat jika suatu hari kamu harus menghadapi pihak lain yang mengklaim hak atas nama serupa.
4. Gunakan Logo dan Desain Orisinal
Jangan hanya beda huruf atau warna, usahakan desain merek benar-benar orisinal dan tidak menyerupai merek lain secara visual.
5. Bangun Reputasi Secara Konsisten
Selain mendaftarkan secara hukum, penting juga membangun brand awareness agar masyarakat mengenali dan mempercayai produkmu.
Fakta Menarik: Merek Terkenal Sering Digugat atau Digandakan
Kasus seperti ini bukan hanya terjadi pada “Nice” dan “Mice”. Dalam praktiknya, banyak merek terkenal yang menghadapi persoalan serupa. Misalnya:
- “McDonald’s” vs “McJoy”
- “Adidas” vs “Adidos”
- “Apple” vs berbagai merek lokal berlogo buah apel
Kebanyakan dari kasus ini berakhir di pengadilan, dan merek peniru dinyatakan batal karena dianggap menjiplak atau meniru ketenaran merek utama.
Bangun Merek dengan Legalitas dan Etika
Kisah sengketa antara tisu “Nice” dan “Mice” seharusnya menjadi pelajaran penting bagi siapa pun yang menjalankan bisnis. Perlindungan hukum terhadap merek bukan sekadar formalitas, tapi fondasi utama dari keberlangsungan usaha jangka panjang.
Mendaftarkan merek dengan niat baik, desain yang orisinal, serta tidak meniru merek lain bukan hanya tindakan legal—tetapi juga etis dan profesional. Dalam dunia yang semakin digital, publik semakin cerdas mengenali merek yang otentik dan merek yang hanya meniru.
Selalu pastikan bisnismu dibangun di atas fondasi yang kuat—dan itu dimulai dari satu hal penting: merek yang sah, aman, dan terpercaya.
Leave a Reply